Di dalam metode pembelajaran pastinya memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitu juga dengan metode pembelajaran matematika realistik atau biasa disebut dengan Realistic Mathematics Education (RME). Pembelajaran matematika realistik memiliki beberapa kelebihan dan kerumitan.
Kelebihan pembelajaran matematika realistik dikemukakan oleh Suwarsono (dalam Hobri,
2009:164) adalah:
a. PMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan
sehari-hari (kehidupan dunia nyata) dan tentang kegunaan matematika pada
umumnya bagi siswa.
b. PMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang
dikonstruksi dan dikembangkan sendiri
oleh siswa, tidak hanya mereka yang disebut ahli dalam bidang tersebut.
c. PMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak
harus tunggal, dan tidak harus sama antara orang yang satu dengan orang lain.
Seiap orang bisa menemukan atau menggunakan caranya sendiri, asalkan orang itu
bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal atau masalah tersebut. Selanjutnya
dengan membandingkan cara penyelesaian yang satu dengan cara penyelesaian yang
lain, akan bisa diperoleh cara penyelesaian yang paling tepat, sesuai dengan
tujuan dari proses penyelesaian soal atau masalah tersebut.
d. PMR memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses
pembelajaran merupakan sesuatu yang utama, dan untuk mempelajari matematika
orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri
konsep-konsep matematika, dengan bantuan pihak lain yanng sudah lebih tahu
(misalnya guru). Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut,
pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi.
Selain kelebihan-kelebihan di atas menurut penulis terdapat kelebihan
lainnya dari PMR yaitu siswa lebih berani mengungkapkan ide atau pendapat serta
bertanya atau memberi bantuan kepada temannya, dan dalam menjawab soal siswa
terbiasa untuk memberi alasan dari jawabannya.
Sedangkan beberapa kerumitan penerapan Pembelajaran Matematika Realistik
(PMR), menurut Suwarsono (Hobri, 2009:165) antara lain seperti berikut ini:
a. Upaya mengimplementasikan PMR membutuhkan
perubahan pandangan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah
dipraktekkan, misalnya mengenai siswa, guru dan peranan soal kontekstual. Di
dalam PMR siswa tidak lagi dipandang sebagai pihak yang mempelajari segala
sesuatu yang sudah jadi tetapi dipandang sebagai pihak yang aktif
mengkonstruksi konsep-konsep matematika. Guru tidak lagi sebagai pengajar,
tetapi lebih sebagai pendamping bagi siswa. Di samping itu peranan soal
kontekstual tidak sekedar dipandang sebagai wadah untuk menerangkan aplikasi
dari matematika, tetapi justru digunakan sebagai titik tolak untuk
mengkonstruksi konsep-konsep matematika itu sendiri.
b. Pencarian soal-soal kontekstual yang
memenuhi syarat-syarat yang dituntut PMR tidak selalu mudah untuk setiap topik
matematika yang perlu dipelajari siswa, terlebih-lebih karena soal tersebut
harus bisa diselesaikan dengan bermacam-macam cara.
c. Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan
berbagai cara untuk menyelesaikan soal merupakan hal yang tidak mudah dilakukan
oleh guru.
d. Proses pengembangan kemampuan berpikir
siswa, melalui soal-soal kontekstual, proses matematisasi horisontal dan
matematisasi vertikal juga bukan merupakan sesuatu yang sederhana, karena
proses dan mekanisme brpikir siswa harus diikuti dengan cemat, agar guru bisa
membantu siswa dalam melakukan penemuan kembali terhadap konsep-konsep
matematika tertentu.
0 comments:
Post a Comment