Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode dimana dalam proses
belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi
tanpa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryosubroto, 1997:192). Menurut
Sund discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan
sesuatu konsep atau prinsip. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri
atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan
instruksi.
Dalam pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery learning)
tugas guru cenderung menjadi fasilitator. Tugas ini tidaklah mudah, lebih-lebih
jika menghadapi kelas besar atau siswa yang lambat atau sebaliknya amat cerdas.
Karena itu sebelum melaksanakan metode pembelajaran dengan penemuan ini guru
perlu benar-benar mempersiapkan diri dengan baik. Baik dalam pemahaman konsep
yang akan diajarkan maupun pada saat pembelajaran yang berlangsung di kelas.
Dalam menggunakan metode ini, peranan guru adalah menyatakan persoalan,
kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu
dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja. Siswa mengikuti petunjuk dan
menemukan sendiri penyelesaiannya (Alkrismanto, 2003:4).
Menurut Alkrismanto (2003:4), seringkali peranan guru dalam penemuan
termbimbing (guided discovery learning) diungkapkan dalam lembar kerja
penemuan terbimbing. Lembar kerja ini biasanya digunakan dalam memberikan
bimbingan kepada siswa dalam dalam menemukan konsep rumus. Penyusunan lembar
kerja jenis ini biasanya diawali dari guru menyiapkan secara lengkap tahap demi
tahap dalam menjelaskan adanya suatu sifat, prinsip, atau rumus.
Dalam melakukan aktivitas atau penemuan dalam kelompok, siswa
berinteraksi satu dengan yang lain. Interaksi ini dapat berupa sharing atau
siswa yang lemah bertanya dan dijelaskan oleh siswa yang lebih pandai. Kondisi
semacam ini selain akan berpengaruh pada penguasaan siswa terhadap materi
matematika, juga akan dapat meningkatkan social skills siswa, sehingga
interaksi merupakan aspek penting dalam pembelajaran matematika dengan metode guided
discovery learning.
Menurut Sanjaya (2008: 192-193), langkah-langkah metode pembelajaran
penemuan terbimbing (guided discovery learning) adalah sebagai berikut.
1) Orientasi: langkah untuk membina suasana
pembelajaran yang responsive. Guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan
proses pembelajaran.
2) Merumuskan masalah: membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan
yang menantang siswa untuk berpikir bagaimana memecahkan teka-teki tersebut.
3) Merumuskan hipotesis: hipotesis adalah jawaban
sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara
hipotesis perlu diuji kebenarannya.
4) Mengumpulkan data: aktivitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam penemuan
terbimbing, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
mengembangkan intelektual.
5) Menguji hipotesis: proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau infomasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Hal terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat
keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
6) Merumuskan kesimpulan: proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Langkah-langkah pembelajaran penemuan terbimbing dapat
diringkas dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 langkah-langkah metode pembelajaran penemuan
termbimbing
No
|
Fase-fase
|
Aktivitas
guru
|
Aktivitas
siswa
|
1
|
Orientasi
|
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran
|
Siswa mempersiapkan diri untuk mendapatkan materi pembelajaran
|
2
|
Merumuskan
masalah
|
Guru membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki untuk dipecahkan oleh siswa
|
Siswa memecahkan teka teki persoalan yang
diberikan guru
|
3
|
Merumuskan
hipotesis
|
Guru membimbing siswa dalam membuat prediksi
jawaban masalah dan mempersiapkan penjelasan masalah
|
Siswa membuat prediksi jawaban masalah dan
mempersiapkan penjelasan masalah
|
4
|
Mengumpulkan
data
|
Membantu siswa mencari informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan siswa
|
Siswa mengumpulkan informasi dengan melakukan
observasi sesuai materi yang sedang diajarkan.
|
5
|
Menguji
hipotesis
|
Guru membantu siswa menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data
|
Siswa menjawab persoalan sesuai dengan data atau
informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data
|
6
|
Merumuskan
kesimpulan
|
Membantu siswa menulis atau menemukan prinsip yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis
|
Siswa menarik kesimpulan yang mereka dapatkan
|
Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang anggotanya dipilih
secara heterogen. Masing-masing kelompok mengakses LKS digital untuk
didiskusikan. Dari LKS digital, siswa memproses data tersebut untuk menemukan
dan menyimpulkan suatu konsep. Hasil penemuan siswa kemudian dipresentasikan
dan siswa yang lain melakukan pengecekan jawaban hasil temuan mereka dengan
hasil kelompok presentasi. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan konsep yang
benar.
Disamping itu pembelajaran penemuan terbimbing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan pembelajaran penemuan terbimbing menurut Marzano (dalam
markaban, 2006:16) adalah sebagai berikut.
a)
Siswa dapat
berpastisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
b)
Menumbuhkan
sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari temukan)
c)
Mendukung
kemampuan problem solving siswa.
d)
Memberikan
wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa
juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
e)
Materi yang
dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas
karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.
Adapun kekurangan pembelajaran penemuan terbimbing menurut Markaban
(2006:16) adalah sebagai berikut.
a)
Untuk materi
tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b)
Tidak semua
siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa
masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah.
c)
Tidak semua
topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan
dengan prinsip dapat dikembangkan dengan model penemuan terbimbing.
Berdasarkan uraian tersebut, kekurangan pembelajaran penemuan termbimbing
dapat diantisipasi agar pembelajaran ini efektif untuk digunakan, yaitu dengan
cara sebagai berikut.
a) Hendaknya dipilih materi pembelajaran yang lebih
mudah diajarkan kepada siswa dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing (guided
discovery learning).
b) Perlu diadakan analisis siswa yang akan diberi
materi dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing (guided
discovery learning).
Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa
pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery learning) adalah
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang belum diketahui bukan melalui pemberitahuan, melainkan
menemukan sendiri dengan bimbingan dari guru.
0 comments:
Post a Comment