Sunday, September 11, 2016

Pembelajaran Model Gal’perin

Menurut Utomo, T dan Kees Ruijter mengatakan bahwa pembelajaran model Gal’perin merupakan salah satu model pembelajaran yang menurut teori proses belajar mengajarnya dibagi menjadi empat tahap. Model ini dikembangkan berdasarkan teori pendidikan psikolog Uni Soviet, Peter jacovlevic Gal’perin. Adapun rangkaian empat tahap tersebut antara lain: orientasi, latihan, umpan balik dan lanjutan.

1. Tahap Orientasi
Tahap ini dimaksudkan agar siswa berorientasi terhadap unsur-unsur ilmu yang penting, termasuk cara-cara penalaran yang khas untuk bidang studi matematika, keterkaitan antara unsur-unsur ilmu harus diperhatikan. Jadi, guru harus menyampaikan isi dan struktur mata pelajaran kepada siswa, hubungan mata pelajaran tersebut dengan mata pelajaran lain dalam kerangka kurikulum dan kegunaan materi dalam kehidupan sehari-hari juga harus disampaikan. Dalam proses belajar mengajar ini guru biasanya menggunakan metode ceramah yang disertai dengan prinsip metafora, perumpamaan dan sugesti (Deporter, B dalam Ismail, 2003:7).
Metafora dapat menghidupkan konsep yang telah terlupakan, memunculkannya ke dalam otak secara mudah dan cepat dengan asosiasi (Ismail, 2003:7). Hal ini berarti, metafora digunakan untuk menganalogkan suatu konsep baru melalui suatu konsep atau gagasan yang sebelumnya telah dikenal siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, seorang guru bisa menyuruh dua orang siswa maju ke depan untuk memperagakan jual beli sebelum menjelaskan materi aritmatika sosial dalam pembelajaran matematika.
Perumpamaan dan memori visual juga sangatlah penting dalam pembelajaran matematika, jika anda mencontohkan sesuatu yang abstrak pada suatu konsep, maka dari suatu konsep yang abstrak itu akan berubah menjadi konkrit sehingga mudah dimengerti. Di sini guru harus bisa menciptakan sebuah contoh visual ketika dia menjelaskan konsep baru pada siswa, misal guru memperagakan jual beli di dalam kelas. Guru membeli pensil dengan harga Rp. 1500/buah, kemudian guru menjualnya lagi ke salah satu siswa dengan harga Rp. 2000/buah, dari contoh tersebut siswa dapat memahami tentang konsep laba.
Sugesti sebagai kekuatan dalam diri siswa sangat mempengaruhi otak dalam menyerap suatu informasi baru secara cepat dan menyimpannya sebagai memori. Dengan demikian seorang guru perlu memperhatikan nada bicara, pengaturan ruang kelas dan gaya penyampaian. Sebagai contoh, guru yang gaya penyampaiannya keras dan jelas akan lebih mempermudah siswa dalam menangkap informasi dari pada suara guru yang suaranya kecil dan lamban.

2.  Tahap Latihan
Latihan ini terdiri dari tugas-tugas dan soal-soal atau demonstrasi tergantung pada tingkat pengertian yang dikehendaki. Latihan akan lebih berhasil baik kalau siswa didampingi oleh guru.
Pada tahap latihan siswa ditugaskan membahas soal-soal agar siswa itu mengerti materi pelajaran yang diberikan dan mencapai tujuan pengajaran. Latihan itu dapat dilakukan secara berkelompok yang terdiri atas 4-6 anggota. Pada tahap latihan guru berperan sebagai fasilitator. Guru tidak hanya duduk dikursinya, tetapi juga berjalan-jalan melihat setiap kelompok. Guru juga siap memberikan penjelasan seperlunya bila ada siswa yang menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan soal atau tugasnya.
Pada tahap ini soal-soal ada pada LKS yang dibuat sendiri dan telah dikonsultasikan dengan guru bidang studi matematika maupun dosen pembimbing.

3. Tahap Umpan Balik
            Umpan balik berisi informasi tentang hal yang dikerjakan selama latihan, latihan ini hanya mempunyai arti kalau siswa diberitahu kesalahan-kesalahannya selama melakukan latihan. Umpan balik ini dapat berupa lisan atau tulisan. Dalam umpan balik ini siswa diharapkan dapat mengutarakan pikirannya secara nyata (verbal dan tertulis). Pelaksanaan umpan balik dapat dilakukan selama latihan maupun sesudah latihan. Umpan balik selama latihan dapat berupa penyelesaian soal-soal sedangkan sesudah latihan berupa tes. Dalam penelitian ini umpan balik dilakukan selama latihan dan sesudah latihan.
Siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan soal-soal latihan di depan kelas. Jika terdapat jawaban yang salah, siswa lain akan membenarkannya. Selama umpan balik, guru hanya sebagai fasilitator yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana bahan yang telah dipelajari dapat dimengerti oleh siswa. Kegiatan umpan balik tersebut dimanfaatkan oleh guru untuk menarik kesimpulan dalam mengambil langkah-langkah selanjutnya, misalnya apakah masih perlu mengulangi pelajaran atau harus melanjutkan pelajaran.

4. Tahap Lanjutan
            Tahap ini merupakan tahap lanjutan proses belajar berdasarkan umpan balik. Pada tahap lanjutan ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki berbagai hal mengenai konsep yang belum dimengerti. Misalkan siswa belum paham dalam mencari besar rabat, maka guru akan menerangkan kembali permasalahan yang berkaitan dengan rabat tersebut.

            Dengan demikian tahap lanjutan dapat dikatakan sebagai ulang proses, tetapi yang diulang hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu yang belum jelas. Dengan tahap lanjutan ini diharapkan nilai rata-rata siswa dapat ditingkatkan.

Pembelajaran Model Gal’perin Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Lubis Muzaki

0 comments:

Post a Comment