Menurut Utomo, T dan Kees Ruijter mengatakan bahwa pembelajaran model
Gal’perin merupakan salah satu model pembelajaran yang menurut teori proses
belajar mengajarnya dibagi menjadi empat tahap. Model ini dikembangkan
berdasarkan teori pendidikan psikolog Uni Soviet, Peter jacovlevic Gal’perin.
Adapun rangkaian empat tahap tersebut antara lain: orientasi, latihan, umpan
balik dan lanjutan.
1. Tahap Orientasi
Tahap ini dimaksudkan agar siswa berorientasi terhadap
unsur-unsur ilmu yang penting, termasuk cara-cara penalaran yang khas untuk
bidang studi matematika, keterkaitan antara unsur-unsur ilmu harus
diperhatikan. Jadi, guru harus menyampaikan isi dan struktur mata pelajaran
kepada siswa, hubungan mata pelajaran tersebut dengan mata pelajaran lain dalam
kerangka kurikulum dan kegunaan materi dalam kehidupan sehari-hari juga harus
disampaikan. Dalam proses belajar mengajar ini guru biasanya menggunakan metode
ceramah yang disertai dengan prinsip metafora, perumpamaan dan sugesti
(Deporter, B dalam Ismail, 2003:7).
Metafora dapat menghidupkan konsep yang telah
terlupakan, memunculkannya ke dalam otak secara mudah dan cepat dengan asosiasi
(Ismail, 2003:7). Hal ini berarti, metafora digunakan untuk menganalogkan suatu
konsep baru melalui suatu konsep atau gagasan yang sebelumnya telah dikenal
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, seorang guru bisa menyuruh
dua orang siswa maju ke depan untuk memperagakan jual beli sebelum menjelaskan
materi aritmatika sosial dalam pembelajaran matematika.
Perumpamaan dan memori visual juga sangatlah penting
dalam pembelajaran matematika, jika anda mencontohkan sesuatu yang abstrak pada
suatu konsep, maka dari suatu konsep yang abstrak itu akan berubah menjadi
konkrit sehingga mudah dimengerti. Di sini guru harus bisa menciptakan sebuah
contoh visual ketika dia menjelaskan konsep baru pada siswa, misal guru
memperagakan jual beli di dalam kelas. Guru membeli pensil dengan harga Rp.
1500/buah, kemudian guru menjualnya lagi ke salah satu siswa dengan harga Rp.
2000/buah, dari contoh tersebut siswa dapat memahami tentang konsep laba.
Sugesti sebagai kekuatan dalam diri siswa sangat
mempengaruhi otak dalam menyerap suatu informasi baru secara cepat dan
menyimpannya sebagai memori. Dengan demikian seorang guru perlu memperhatikan
nada bicara, pengaturan ruang kelas dan gaya penyampaian. Sebagai contoh, guru
yang gaya penyampaiannya keras dan jelas akan lebih mempermudah siswa dalam
menangkap informasi dari pada suara guru yang suaranya kecil dan lamban.
2. Tahap
Latihan
Latihan ini terdiri dari tugas-tugas dan soal-soal atau demonstrasi
tergantung pada tingkat pengertian yang dikehendaki. Latihan akan lebih
berhasil baik kalau siswa didampingi oleh guru.
Pada tahap latihan siswa ditugaskan membahas soal-soal agar siswa itu
mengerti materi pelajaran yang diberikan dan mencapai tujuan pengajaran.
Latihan itu dapat dilakukan secara berkelompok yang terdiri atas 4-6 anggota.
Pada tahap latihan guru berperan sebagai fasilitator. Guru tidak hanya duduk
dikursinya, tetapi juga berjalan-jalan melihat setiap kelompok. Guru juga siap
memberikan penjelasan seperlunya bila ada siswa yang menanyakan sesuatu yang
berkaitan dengan soal atau tugasnya.
Pada tahap ini soal-soal ada pada LKS yang dibuat sendiri dan telah
dikonsultasikan dengan guru bidang studi matematika maupun dosen pembimbing.
3. Tahap Umpan Balik
Umpan balik berisi informasi tentang
hal yang dikerjakan selama latihan, latihan ini hanya mempunyai arti kalau
siswa diberitahu kesalahan-kesalahannya selama melakukan latihan. Umpan balik
ini dapat berupa lisan atau tulisan. Dalam umpan balik ini siswa diharapkan
dapat mengutarakan pikirannya secara nyata (verbal dan tertulis). Pelaksanaan
umpan balik dapat dilakukan selama latihan maupun sesudah latihan. Umpan balik
selama latihan dapat berupa penyelesaian soal-soal sedangkan sesudah latihan
berupa tes. Dalam penelitian ini umpan balik dilakukan selama latihan dan
sesudah latihan.
Siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan soal-soal
latihan di depan kelas. Jika terdapat jawaban yang salah, siswa lain akan
membenarkannya. Selama umpan balik, guru hanya sebagai fasilitator yang
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana bahan yang telah dipelajari dapat
dimengerti oleh siswa. Kegiatan umpan balik tersebut dimanfaatkan oleh guru
untuk menarik kesimpulan dalam mengambil langkah-langkah selanjutnya, misalnya
apakah masih perlu mengulangi pelajaran atau harus melanjutkan pelajaran.
4. Tahap Lanjutan
Tahap ini merupakan tahap lanjutan
proses belajar berdasarkan umpan balik. Pada tahap lanjutan ini guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki berbagai hal mengenai konsep yang
belum dimengerti. Misalkan siswa belum paham dalam mencari besar rabat, maka
guru akan menerangkan kembali permasalahan yang berkaitan dengan rabat
tersebut.
Dengan demikian tahap lanjutan dapat
dikatakan sebagai ulang proses, tetapi yang diulang hanya terbatas pada
bagian-bagian tertentu yang belum jelas. Dengan tahap lanjutan ini diharapkan
nilai rata-rata siswa dapat ditingkatkan.
0 comments:
Post a Comment